Khadijah Ku #OnTheWay

Assalamualaikum Lis, hari ini jangan lupa yah kita ke butik buat ukur gaun pengantin. Kata Mama Fatah dari sambungan telpon diujung sana

Waalaikumsalam InsyaAllah mah. Tapi Lisa kayanya telat. Karena harus ada yang diurus di kampus. Ngga apa-apakan? Kata ku

Oh yaudah ngga apa-apa. Nanti kamu kabarin mama kalau udah berangkat yah. Mama tunggu dibutik. Assalamualaikum Kata Mama Fatah lagi sambil menutup telpon

Waalaikumsalam Jawabku lagi.

Setelah dua minggu kejadian hari itu, aku mulai disibukkan dengan berbagai aktifitas tambahan. Harus mencari gaun pengantin, desain dan daftar tamu undangan, catering dan banyak lagi. Meski  aku lelah harus mengurus penelitian ku, tugas kampus, amanah dakwah, dan pernikahan tapi semuanya ku nikmati dengan selalu mendekatkan diri pada-Nya. Kejadian waktu itu masih sangat jelas terputar dalam memoriku. Kadang tanpa sadar aku selalu senyum-senyum sendiri mengingat kejadian waktu itu. Fatah. Aku tak menyangka dia mampu melakukannya. Aku hargai setiap perjuangannya yang tanpa lelah untuk memberanikan diri.

***
Fat, papa sih maunya kalian tuh nikah di Masjid Raya aja. Tempatnya bagus. Sekalian sewa gedung disana buat resepsinya. Selain itu tempatnya terjangkau. Kalau temen bisnis papa mau datangkan ngga usaha repot. Kata papa membujukku, lagi.

Hmm InsyaAllah pa. Nanti Fatah sampein ke Lisa. Tapi kalau Lisa ngga mau gimana? Kata ku pada Papa

Yah kamu bujuklah. Kamu tuh anak seorang pebisnis terkenal loh. Masa cuma nikah di rumah dan ngga ada acara apa-apa. Terus muka papa mau ditaruh dimana? Masa anak lelaki papa satu-satunya nikah tapi papa biarin sesederhana itu sih. Duh papa malu sama temen-temen. Dikiranya nanti papa ngga peduli lagi. Kamu kan laki-laki. Kamu harus bisa bujuk Lisa. Oke.

Duh, pa. Fatah ngga janji deh. Nanti Fatah coba sampein ke Lisa dulu yah. Kan semuanya harus musyawarah.

Terserah kamu deh. Tapi papa berharap banget nih sama kamu. Masa kamu tega sih liat papanya nanti diomongin sama orang lain gegara anak lelakinya yang ngga bisa yakinin calon istrinya buat bikin acara pernikahan di gedung mewah. Nanti papa deh yang bayarin sewa gedung sama cateringnya. Kata papa. Aku hanya bisa menarik napas. Hari ini aku harus kerumah Lisa untuk memberikan beberapa contoh desain undangan.

***
Hm.Lis. Kata ku pada Lisa ketika kami sedang memilih kartu undangan bersama mama Lisa.

Iya. Kata Lisa sambil tetap memilih undangan

Ginihmm Aku masih ragu membicarakannya karena aku tahu Lisa tidak ingin pernikahan yang terlalu mewah. Katanya cukup sederhana sesuai kemampuan kita.

Kenapa? Kalau sekiranya adanya yang mau diomongin bilang aja. Ngga usah ragu gitu. Kata Lisa sambil memberikanku satu contoh undangan Ini desainnya bagus dan simple. Aku sama mama setuju sama yang ini. Kalau kamu?

Aku juga suka yang itu. Kataku Gini, hmm tadi papa bilang sama aku kalau beliau pengen banget pernikahan kita diadain di masjid raya aja sekalian sewa gedung disana. Soalnya papa pengen ngundang rekan bisnisnya juga. Kata ku melanjutkan sambil ragu-ragu. Lisa melirik pada mamanya.

Tapi kan kamu tahu ayah maunya kita akad nikah dirumah ini aja. Biar semua keluarga bisa hadir dan ngga usah jauh-jauh transportasinya. Jelas Lisa

Iya sih. Aku tidak mampu berkata-kata lagi.

Aku ngga enak ngerepotin orangtua kamu terus. Kemarin aja pesan gaun mahal banget. Padahal ditempat aku biasa buat baju harganya bisa setengah atau malah seperempat dari itu. Tapi aku ngga enak nolak maunya mama kamu. Kata Lisa

Belum lagi catering makanan. Hmm Sambil menarik nafas Sebenernya aku ngga mau orangtua kita ada yang dibebanin. Makanya itu aku ngga apa-apa kalau pernikahannya sederhana. Jelasnya lagi

Iya-iya aku ngerti kok. Maafin aku yah. Tapi, apa ngga bisa resepsinya aja gitu yang digedung? Aku juga kasian sama papa. Temen bisnisnya pasti banyak banget yang hadir dan aku ngga mau papa malu gegara pernikahan anaknya yang sederhana banget. Padahal bapaknya pengusaha besar. Jelasku pada Lisa. Lagi-lagi Lisa menatap kearah mama yang dari tadi hanya mendengarkan kami.

Coba kamu ngomong sama ayah aja ya. Aku juga cuma pengen ayah ngga tersinggung. Pernikahan inikan ibadah dan aku ngga mau ada yang ngerasa ngga enak gegara hal kaya gini. Apalagi pernikahan itu buat seumur hidup. Aku ngga mau awalnya malah ada yang tersakiti. Kata Lisa dengan nada pasrah

Hm InsyaAllah nanti aku coba tanya ayah yah.

Iya

Setelah semua urusan kami selesai. Aku pamit pulang pada Lisa dan mama.



---Siti Sukaesih---
Hari kesebelas
Jannatul Kost
25.6.16
#TantanganHujanKarya1437H
#muslimah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk ayah dan ibu tercinta (Renungan)

Aku Takut Jatuh Cinta Lagi

Hati Itu Milik-Nya