Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2016

Harapan

Seorang bijak pernah berkata, jatuh cinta itu boleh tetapi berharap itu dilarang. Aku mencoba menerka apa artinya dan kemudian aku menemukan jawaban. Benar memang ketika mencintai maka tak perlu berharap apapun sebelum pasti. Tapi nyatanya jika cinta sudah tumbuh hanya orang hebat yang mampu mengendalikan rasalah yang mampu menang sebab dia tak akan pernah berharap cinta itu berakhir seperti drama korea. Atau seorang guru pernah berkata. Kalau cinta yah bicara, bukan diam dengan berkedok cinta dalam diam. Nyatanya hal itu akan membuat hatimu berpenyakit. Aku setuju dengan pernyataannya. Kadang kita terlalu naif. Terlalu munafik. Padahal sudah jelas memiliki rasa tetapi entah karena memang tidak berani menyatakan, belum siap, atau sebagainya kita kemudian berkedok aku ingin mencintainya dalam diam. Kalau jodohkan ngga kemana. Yes benar memang ketika sudah jodoh, mau terpaut jarak antara kutub utara dan kutub selatan, atau dia di mars dan kita di bumi tetap saja akan bertemu. Tapi b

Kehilangan bagian 2

Meski aku belum bisa mengerti banyak hal, tetapi aku selalu tahu apa perasan orang-orang yang aku cintai. Papa sudah lebih dulu Tuhan panggil menghadap-Nya, dan meski aku tidak mampu menerima semua itu, aku selalu berusaha menjadi kuat. “Oma, kapan bunda dateng jemput aku?” Kata ku “Oma ngga tahu sayang, kapan mamamu bisa sembuh. Padahal kejadian itu sudah lewat tujuh tahun lamanya.” Kata oma sambil menyeka ujung matanya. Aku memeluknya erat. Sejak kecelakaan itu terjadi bunda belum bisa menerima kenyataan. Bahkan sampai aku lulus dari bangku sekolah dasar bunda masih sama. Aku tidak tahu persis bagaimana keadaannya, aku hanya tahu dari kabar yang dibawa oma setelah mengunjungi bunda di rumah sakit. Meski oma tidak pernah berkata jujur padaku tentang keadaan bunda, tapi aku tahu bundaku belum baik-baik saja. Tujuh tahun sudah semuanya berlalu. Meski aku memiliki oma yang selalu mencurahkan rasa sayangnya kepadaku, tetap saja aku merindukan kehadiran orangtuaku. Papa sudah

Kehilangan bagian 1

Beruntungnya aku mendapatkan dia. Lelaki sempurna yang menemani hari-hariku. Tak pernah aku menyangka bahwa takdir akan mempertemukanku dengan orang sepertinya. Ternyata cinta mampu tumbuh dalam hubungan yang biasa. Rangga, itulah nama suamiku. Dia melamarku enam tahun silam ketika aku baru lulus wisuda di sebuah perguruan tinggi negeri. Tak pernah aku sangka dia akan melakukan hal itu. Pertemanan biasa yang kami jalini sedikitpun tak membuatku berpikir bahwa dialah pangeran impian itu. Dia melamarku dihadapan keluarga besarku dan juga teman-temanku. Saat itu, selain terkejut aku juga merasa malu. Sebab dihadapan mereka dia melamarku. Membawa sebuket bunga dan balon warna warni berbentuk hati. Semua mata tertuju padaku saat itu. Aku tak mampu berkata apapun. Mungkin saat itu wajahku memerah sebab malu. Mungkin. Sebab aku tidak tahu. Hanya kabar-kabar burung dari teman-temanku saja yang aku terima. Mengenang semua kejadian masa lalu nan indah itu membuatku selalu merasa jat