Khadijah Ku #2

Seminggu setelah kejadian di serambi Masjid itu, aku tak pernah mampu menghilangkan segala pikiran itu. Aku menyukai Lisa tapi Ahmad sudah lebih dulu berjalan mendekatinya. Aah… alangkah sulitnya urusan ini. Meski kemarin Ustadz Herman bilang persiapan menikah itu tak harus menunggu punya ini dan itu. Hanya perlu niat, keberanian, ada akad, pasangan, dan saksi. Tetap saja tak mampu mengaburkan pikiran tentang pernikahan yang selama ini aku ketahui. Mana ada calon mertua yang mau menerima calon menantu yang masih anak kuliahan, yang tak punya penghasilan tetap seperti ku. Sungguh aku dibuatnya gundah dengan semua ini.

***
Namaku Delisa Amanda Putri. Teman-temanku sering memanggilku Lisa. Kata mereka aku tipe wanita mandiri yang diimpikan banyak lelaki. Namun, aku tak percaya itu. Sebab aku merasa diriku hanya wanita biasa yang menjalankan semua sesuai mimpi dan cita-citaku. Tepat dua hari lalu, Bunda Novi, Murobiah ku di liqo-an memberitahukan bahwa ada ikhwan (Red : lelaki) yang berniat ta’aruf dengan ku. Aku tak mampu menolak, sebab Rasulullah pernah bersabda bahwa aku harus melihat terlebih dahulu. Setelah aku ketahui siapa lelaki itu, aku tak tahu harus berbuat apa. Dia lelaki yang shalih. Aku mengaguminya, mengagumi semua yang ada dalam dirinya tetapi seperti ada rasa mengganjal dalam hatiku. Bukan dia yang aku mau. Se-shalih apapun dia, mungkin diluar sana masih ada wanita yang lebih pantas baginya. Aku menolaknya. Menolak dengan alasan yang jelas ku ketahui tak syar'i.

“Lis… kamu tuh aneh deh. Akh Ahmad kan lelaki yang shalih, kenapa kamu melepas dia gitu aja. Kenapa ngga kamu coba dulu untuk kenal dengannya. Siapa tahu kalian cocok.” Kata Putri, temanku di liqo-an.

“Aku hanya takut menzaliminya put, karena sebenarnya sudah ada lelaki lain yang menghuni hatiku. Maafkan aku ya rabb… Aku juga tidak tahu kenapa dia yang selalu ada dalam pikiran ku. Kau tahu put, aku tak pernah dekat dengan lelaki manapun. Jatuh cinta pun aku belum pernah merasakannya. Tapi, saat aku melihatnya ada perasaan lain dalam hatiku. Aku takut jika harus menerima Ahmad sedangkan bukan dia yang ada dalam hatiku.” Ucapku sambil menahan beningan air mata ku.

Aku tahu tak seharusnya aku begini. Memasukkan lelaki yang belum halal kedalam hatiku. Dia yang biasa saja, baik hati dan selalu peduli padaku. Sejak dulu, hingga kini.


Fatah…. Dialah lelaki yang sudah membuat hatiku berguncang tiap bertemu dengannya, namun aku selalu mengendalikan diriku agar dia tak tahu. Sengaja benar waktu itu aku ajak dia untuk ikut kajian bersama dengan para ikhwan, karena aku ingin dia bisa belajar lebih banyak masalah agama.

---Siti Sukaesih---
Hari Kedua
Jannatul Kost
16.6.16
#TantanganHujanKarya1437H
#muslimah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk ayah dan ibu tercinta (Renungan)

Aku Takut Jatuh Cinta Lagi

Hati Itu Milik-Nya