Untuk ayah dan ibu tercinta (Renungan)


mereka merindukanku. menantiku dengan sabar. selama sembilan bulan. ibu mengandung. menopang semua lelah, demi melihatku lahir dan tertawa. ayah, tak pernah berhenti bekerja. demi aku, demi kecukupanku, dan demi melihatku bahagia.

kini, tiba saatnya. dimana aku harus pergi meninggalkan mereka. mencari jalan hidupku yang lebih baik.

mereka terlihat bahagia, dengan senyum terbaiknya melepasku untuk pergi. tapi, mungkin mereka menangis karna sedih. sebab, mereka sadar. bahwa, gadis kecilnya yang dulu begitu manja dan membutuhkan perlindungan mereka setiap saat, kini harus pergi. mereka sadar bahwa, tak selamanya bisa mendekap putri tercintanya sekarang. mereka tersadar, bahwa mereka harus mulai rela menghadapi hal ini.

meski aku tidak pernah tau, apakah setiap hari di tidurnya mereka memimpikan aku. karna, setiap aku pulang lagi kerumah. mereka tak pernah menunjukan kesedihannya. tetapi, mereka selalu terlihat bahagia. dengan senyum manisnya, padahal mereka tau akhirnya aku harus pergi lagi, mereka tetap bisa tersenyum melepaskan aku.

kini sudah sekian lama aku pergi. ketika aku pulang membawa hasil jerih payahku. aku melihat dua orang yang tengah berdiri menanti di depan pintu rumah dengan senyum yang sangat bahagia. yah... mereka, ibu dan ayahku.

saat melihatnya, aku sangat bahagia dan aku pun tersadar. dulu, ketika aku pergi meninggalkan mereka kulitnya masih terlihat mulus dan kencang. rambutnya masih hitam legam. tetapi, saat ini aku melihat suatu hal yang lain. kini, kulit yang dulu kencang sudah keriput. rambut hitam legamnya berubah menjadi memutih. dan wajah teduhnya kini semakin dalam.

aku hampiri mereka. aku peluk mereka dengan penuh rindu. dan mereka tersenyum padaku. aku berkata pada mereka "Ayah... Ibu... sekarang aku pulang. Kini aku telah menjadi Sarjana. Aku lulus dengan nilai terbaik. terima kasih... Ayah... Ibu... aku mencintai kalian"

dengan tersenyum dan berlinang air mata, ibu berkata "Selamat atas keberhasilanmu anakku. Ibu dan Ayah sangat bahagia. Kami tidak mampu memberikanmu apa-apa kecuali menyekolahkanmu hingga saat ini. semoga... Allah selalu menjagamu... dan semoga kau selalu ingat pada Tuhan-mu"

(dalam hidupnya, yang menjadi prioritas adalah kamu, anaknya. meski kita sering membuatnya marah, tetapi tetap mereka maafkan. sebab, cintanya begitu besar. Sayangi mereka dengan setulus hatimu, sebab kau akan menyesal dikemudian hari saat mereka tiada, ketika kau sia-siakan mereka)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Takut Jatuh Cinta Lagi

Hati Itu Milik-Nya