Khadijah Ku #7

Sudah hampir satu bulan semenjak aku bicara pada Ummi, dan hari ini beliau memintaku menemuinya diruang dosen. Aku tak sabar menemuinya. Bertanya-tanya akankah ada kabar baik yang datang selama hampir sebulan ini. Aku ayunkan kaki diatas omblok, dibawah rimbunnya pohon sekitar kampus. Kadang terbersit rasa bahagia tapi sesaat berganti gelisah. Bismillah… Allah tahu yang terbaik. Kata ku dalam hati.

Berhubung ini jam makan siang, lift kampus tidak terlalu ramai jadi aku tak harus menunggu lama. Sejurus kemudian aku sudah sampai di lantai 8. Ku susuri lorong itu. Mencari nama ruangan tempat ummi berada. Aku mengetuk pintunya dan masuk kedalam. Disana hanya ada ummi, katanya yang lain sedang pergi makan siang dikantin. Ummi memang rajin, selalu membawa bekal makan siang dari rumah jadi setiap jam makan siang beliau ada diruangan. Ummi adalah dosen mata kuliah biologi saat aku semester pertama. Sejak awal aku sudah mengagumi beliau dan tanpa disangka beliau menjadi murobbiah ku selama dua tahun ini.

“Assalamu’alaikum Ummi…” ku ucap salam sambil memandang beliau dengan senyum
“Wa’alaikumsalam…. Alhamdulillah kamu sudah datang , Lis.” Kata ummi pada ku, beliau pun mempersilahkan aku untuk duduk.

“Apa kabar kamu? Sudah beberapa minggu ummi sedang sibuk jadi terpaksa mentoringnya kita cancel beberapa waktu. Duh, ummi merasa berdosa sekali pada kalian. Yah mau bagaimana kalau surat dinas yang keluar, ngga bisa ngomong apa-apa toh.” Jelas ummi sambil tertawa

“Alhamdulillah baik ummi. Lisa juga sudah bicara pada kawan-kawan dan mereka ngga keberatan karna bisa maklum dengan jadwal ummi yang padat. InsyaAllah kata mereka pasti ummi bakalan datang lagi untuk isi kajian. Hehe”

“Hehe… Iya InsyaAllah minggu ini kita akan mulai kembali kajiannya yah sholihah”

“Iya ummi, InsyaAllah.”

“Begini. Mengenai pembicaraan mu waktu itu pada ummi. Ummi sudah bicara pada Ustadz Herman dan kemarin beliau bilang pada ummi mungkin akan mencari calon saja untuk kamu. Ummi sudah jelaskan semuanya pada beliau dan beliau tetep kekeh mau mencarikan calon saja. Katanya beliau punya anak didik yang cocok untuk kamu.”

Aku terdiam karena merasa kecewa dengan penjelasan ummi. Ummi yang meilhat raut wajah kecewa ku melanjutnya bicaranya.

“Anakku…Ummi tahu perasaanmu. Tapi semakin lama kamu memeandam rasa itu ummi khawatir kamu akan terjerumus pada penyakit hati. Ummi tahu kamu tidak keberatam jika ummi yang melamarkan lelaki itu untukmu. Tapi kalau dia belum siap mau diapakan lagi. Ummi hanya tidak ingin anak ummi kecewa.”


Aku kembali hanya diam. Tak mampu berkata apapun. Aku keluar dari ruangan dengan perasaan yang amat berat. Ya Rabbi…. Engkau lebih tahu mana yang terbaik bagi hamba-Mu. Aku serahkan semuanya keputusan itu pada-Mu jika memang Engkau ridho. Tak terasa air mata itu menetes, mengalir dipipi ku. Aku terus berjalan menguatkan langkah. Sesekali kuusap pipiku yang basah. Ya Rabbi… Aku mohon kuatkan aku.

---Siti Sukaesih---
Hari Ketujuh
Jannatul Kost
21.6.16
#TantanganHujanKarya1437H
#muslimah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk ayah dan ibu tercinta (Renungan)

Aku Takut Jatuh Cinta Lagi

Hati Itu Milik-Nya