Khadijah Ku #6

Siang itu, setelah sholat dzuhur aku menunggu lama sekali di serambi Masjid. Mataku mencari kesana kemari sosok yang sangat ingin aku temui. Aku menelpon, tetapi handphonenya sedang tidak aktif. Aah…. Kemana pula ustadz nih. Tanya ku dalam hati dengan perasaan gelisah.

Sudah hampir satu jam aku menunggu Ustadz Herman, akhirnya kulihat beliau lewat di depan Masjid. Langsung aku berlari menghampirinya, memeluknya dengan erat.

“Eh…eh… antum kenapa? Tetiba tanpa salam langsung menggelayut seperti ini?” tanya Ustadz padaku sambil tersenyum khas.

“ehm… Afwan Ustadz. Assalamu’alaikum….”

“Wa’alaikumsalam…”

“Ana gembira sekali bisa bertemu Ustadz. Dari tadi ana sudah mencari Ustadz. Ada hal yang ingin ana ceritakan sekaligus ana tanyakan pada Ustadz.” Jelasku pada beliau.

“Oh.. begitu. Baik-baik. Tapi ana sedang ada urusan, harus pergi sebentar. Kalau antum mau cerita silahkan nanti ba’da ashar kita ketemu disini. Bagaimana?”

“Bb… Baik ustadz. Tidak apa-apa.”

“Baik kalau begitu ana ijin  duluan. Assalamu’alaikum…”


“Wa’ailakumsalam….”
***
“Assalamu’alaikum warohmatullah….”

Terdengar salam terakhir dari imam, pertanda bahwa sholat ashar telah selesai dilaksanakan. Beberapa saat setelahnya, aku berdiri dan pindah ke bagian belakang tiang Masjid. Sambil menunggu Ustadz Herman, ku sibukkan diri untuk berdzikir. Tetiba Dendy dan Ahmad datang menghampiriku.

“Assalamu’alaikum akhi.”  Ucap keduanya hampir bersamaan

“Wa’alaikumsalam….” Jawab ku pada mereka

Kami berbincang beberapa lama sampai akhirnya Dendy berkata, “Oi… Bagaimana dengan tawaran antum pada Ukh Lisa. Sudah ada jawaban? Kok sepertinya adem ayem saja, jangan-jangan nanti langsung akad lagi. haha”

Ahmad hanya tersenyum menanggapi komentar Dendy. Tetiba aku merasakan sesak dalam dada. Dendy sudah pergi meninggalkan kami berdua. Aku beranikan diri bicara pada Ahmad tentang dia dan Lisa.

“Afwan akhi. Ana jadi penasaran seperti akh Dendy. Kalau antum tidak keberatan menjawab pertanyaan ana….”

“Ana dan ukh Lisa tidak ada hubungan apapun. Memang kemarin ana sempat mengajaknya untuk ta’aruf tetapi ukh Lisa menolak. Jadi ana tidak bisa memaksakan. Kalau pun ana diam saja, yah mau diapakan lagi. Toh ana pun tidak bisa memaksa. Bukan begitu akhi?” Ahmad memotong pembicaraan ku seakan dia tahu apa yang ku maksud.

“Oh begitu.”  Jawabku singkat “Antum tidak tanya kenapa dia menolak?”

Ahmad kembali hanya tersenyum dan pamit untuk pergi. Jiwaku menggantung bersama pertanyaan terakhir itu. Lelaki seperti Ahmad saja ditolak, bagaimana dengan aku? bisik ku dalam hati.

---Siti Sukaesih---
Hari Keenam

20.6.16
Jannatul Kost
#TantanganHujanKarya1437H
#muslimah

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk ayah dan ibu tercinta (Renungan)

Aku Takut Jatuh Cinta Lagi

Hati Itu Milik-Nya