Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2017

Pertemuan Part 1 (Bidadarimu)

Bismillah wal hamdulillah... Rasanya tak ingin berhenti mensyukuri tiap nikmat-Nya. Sebab Allah selalu mendengar dan tak pernah membuat kecewa. Aku selalu senang dengan yang namanya moment pertama, dan bagiku hal yang pertama kali berhasil dilakukan adalah suatu hal berharga. Kali ini ijinkan aku berbagi kisahku. Mungkin hal ini hanya penting bagiku, tak apalah... °^ *** Kamis, 26 Januari 2017 Aku berkunjung Ke rumah salah seorang teman. Kami baru bertegur sapa lewat media sosial, tapi hari ini Alhamdulillah atas ijin-Nya kami dipertemukan.  Sebenarnya dia adalah kakak dari seseorang yang amat aku kagumi. Seseorang yang untuk pertama kalinya membuat aku berani bicara dihadapan ayah, mama, dan bibiku. Seseorang yang untuk pertama kalinya kuproklamirkan sebagai seseorang yang aku sukai pada mereka. Entah pasal apa yang membuatnya begitu spesial, jangan tanyakan aku. Bahkan ketika kakaknya pun memberi pernyataan "Kalian tuh kok bisa sih suka sama .

Keberkahan Dalam Delapan Rakaat Dhuha

Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam sebagai suri tauladan terbaik bagi umat manusia telah memberikan banyak contoh kehidupan yang baik untuk kita. Bahkan setiap yang beliau lakukan wajib kita ikuti sebagai bentuk sunnahnya. Meskipun ada beberapa hal yang hanya beliau sajalah yang boleh melakukannya, seperti menikah dengan lebih dari empat istri dan kewajiban melaksanakan sholat tahajjud sedangkan bagi kita tahajjud adalah sebuah sunnah. Meski begitu, banyak sekali sunnah lain yang dapat kita ikuti dan mengandung banyak keberkahan salah satu sholat dhuha. Ketika mendengar kata dhuha sebagian kita mungkin tak akan asing lagi. Karena telah banyak asatidz/asatidzah kita yang mengabarkannya, bahwa dhuha adalah salah satu pintu rizki yang Allah sediakan. Sabda Rasulullah yang sudah tidak asing lagi ditelinga kita, bahwa setiap hari ruas-ruas tulang kita harus disedekahkan dan cukup dengan dua rakaat dhuha maka sudah cukuplah sedekah itu. Dan empat rakaat dhuha akan mencukupka

Untukmu Yang Kunanti

Ditemani hujan pagi ini, aku mengulang memont itu. Semua memang tidaksama lagi. Tapi tidak dengan hatiku. Dia masih sama. Masih gelisah tentang perasaannya. Bila hari itu karna dia harus memilih, maka hari ini dia harus melepaskan. Kamu memang belum tentu menjadi pilihan. Kamu memang belum tentu menjadi pemenang. Tapi, sayangnya kamu singgah dan meninggalkan jejak. Hari itu, dalam perjalananku, aku memberikanmu sebuah puisi. Mungkin tidak tepat puisi karna sejujurnya itu adalah ungkapan hati yang selalu kusimpan rapat. Tapi hari itu.... aku membuka jalan. Hingga semua jalan benar-benar terbuka. Mengijinkan aku melangkah lebih jauh. ======= Untukmu yang kunanti Aku hanyalah gadis kecil ayah yang kini tumbuh menjadi dewasa Aku hanyalah putri manja ayah.... Bermetamorfosis dari si anak ingusan menjadi seorang wanita Dulu ayah menjadi pelindungi setia, Yang menjaga lewat fisik dan doa Namun kini aku dan dia telah berpisah, Jarak membuatnya tak mampu lagi sepenuhnya menjag

Dia Bernama Sarjana

Empat tahun... itulah waktu ideal yang kita butuhkan untuk menyelesaikannya. Menyelesaikan sebuah mimpi baru yang mungkin tak semua orang dapat menggapainya. Seperti emas, dia begitu mahal dan sulit untuk diraih. Hanya orang-orang yang serius yang mampu mendekatinya. Hanya orang-orang yang tekun yang mampu menggapainya. Sarjana.... Adalah satu mimpi baru yang menjadi salah satu amanah baru dipundak. Kita harus siap memikulnya, apapun situasinya. Dia tak peduli meski kita lelah, dia tak peduli meski kita letih, dia tak peduli meski kita sedang amat sangat malas. Karena ketika kita sudah menginjakkan kaki pada garis start, maka dia mulai menjalankan mesinnya. Menghantarkan kita satu langkah demi satu langkah mendekati garis finish bergelar sarjana. Sarjana.... Bukan sedikit hal yang harus kita korbankan. Ayah dan ibu harus lebih keras bekerja demi terpwnuhinya semua kebutuhan. Kita harus merelakan waktu untuk tetap diam manis dibangku pendidikan. Kita harus merelakan banyak

God Sign Si Buah Keyakinan

Selalu puji syukurku tak akan pernah berhenti terhadap-Mu, Allah. Tersebab selalu banyak kejutan yang Engkau berikan. Dari mulai proses hijrahku hingga detik ini semuanya Kau yang rencanakan. Sebegitu indah tiap rencan-Mu hingga aku tak sanggup menerimanya. Tersebab imanku yang masih amat tipis. Aku mulai belajar tanda-tanda kehadiran Allah dari Ustadz Yusuf Mansur. Saat itu, aku mengikuti sebuah kajian online tentang pernikahan dari sebuah lembaga di Yogyakarta. Awalnya aku  malu. Yah, malu sebab mainsetku masih kuno, "Anak Muda Jangan Mikirin Nikah Dulu". Sampai-sampai semua coretan mimpiku tak pernah sekalipun aku menuliskan "Mau Nikah Tahun....." atau "Mau Nikah Umur.... Punya Anak Jumlahnya.... Punya Suami Kaya... dan lain sebagainya." Aku tidak pernah sama sekali menulisnya. Dan mungkin itulah hal yang membuat orangtua dan keluargaku terkejut ketika suatu hari aku sampaikan "Kalau aku nikah gimana?". Bahkan bibiku sampai berkata "