Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2016

Istiqoroh Cintaku

Musim hujan itu telah berlalu…. Kini jalanan dipenuhi oleh debu beterbangan sisa pacuan kuda besi atau kereta baja (Red : motor dan mobil). Sudah tiga tahun lebih aku tinggal di kota metropolitan ini. Waktu berjalan begitu cepat tanpa aku sadari. Dan kenangan masa lalu itupun sedikit demi sedikit mulai pudar. Ah… syukurlah. Kini aku tak harus menanggung beban penyesalan itu terlalu dalam. Aku duduk diteras lantai dua kontrakan ku sambil menikmati udara indah malam ini. Tetiba saja memori ku berlari pada kejadian beberapa tahun silam. Nama lelaki Dimas. Dia adalah seniorku sewaktu di SMA dulu. Aku mengenalnya ketika kami masuk dalam satu organisasi yang sama, paduan suara. Dia sudah seperti kakak bagiku dan begitupun sebaliknya, dia menganggapku sebagai adiknya. Entah dimulai dari mana semuanya, tetiba aku jatuh hati padanya. Entah karena dia yang terlalu ramah hingga akhirnya meluluhkan hatiku atau hal lainnya yang aku tidak tau pasti apa itu. Angin malam itu membuat bulu

Khadijah Ku #Pernikahan Impian

Bunyi aduan piring, sendok, garpu, panci, dan alat-alat lain sudah menghiasi rumah sejak dua hari lalu. Semua sibuk melakukan ini itu. Menyusun kursi, mengganti seprai di kamar, membersihkan jendela, mengganti gordeng, memotong rumput di tanam, dan banyak hal lainnya. Rumah sudah seperti pasar ikan. Banyak orang lalu lalang kesana kemari. Aku hanya bisa memperhatikan. Mereka sama sekali tak mengijinkan ku untuk bekerja. Aku hanya ditugaskan duduk menunggu sanak saudara yang datang jauh dari kampung halaman ayah di sumatera. Hanya tinggal menghitung jam gema janji suci itu akan menghiasi rumah ini. Malaikat akan turun berbondong-bondong untuk mengaminkan setiap harapan dan doa yang terpanjatkan kehadirat-Nya. Beberapa sahabat ku sudah hadir sejak tadi pagi ikut mempersiapkan banyak hal. Termasuk merapikan gaun pengantin, mendesain kamarku, dan yang paling penting mereka menyemangatiku agar tidak gugup menghadapi hari esok. Dalam sunyinya malam aku bentangkan sajadah untuk menghadap

Khadijah Ku #OnTheWay 3

Saat kami makan bersama di meja makan. Aku langsung bicara tentang apa yang tadi ustadz Herman sarankan. Alhamudlillah papa setuju apabila akad nikahnya dilaksanakan dirumah Lisa dan resepsi dilakukan di gedung. Meski harus dengan sedikit perdebatan. Aku terus berusaha meyakinkan papa hingga mama turun tangan untuk meyakinkan papa. Akhirnya beliau setuju. Tugasku sekarang tinggal bicara pada ayahnya Lisa. Hari ini aku sudah membuat janji dengan ayah Lisa untuk bertemu di tempat makan dekat kantor beliau. Aku segera pergi kesana karena akses jalan kesana selalu macet jika mendekati jam makan siang dan aku tidak mau rencana ku hari ini gagal karena terkendala macet. Pukul sebelas lewat lima belas menit aku sampai disana. Aku langsung menuju tempat makan untuk memesan meja. Karena kami janjian setelah sholat dzuhur maka aku pergi mencari masjid terdekat. Setelah sholat aku langsung menuju tempat makan dan duduk ditempat yang sudah aku pesan tadi. Tidak berapa lama ayah Lisa d

Khadijah Ku #OnTheWay 2

Sore ini jadwal rutin mentoring ku bersama Ustadz Herman dan kawan-kawan. Aku bergegas pergi dari rumah mengendari sepeda motor untuk menuju ke kampus. Alhamdulillah, siang ini jalanan tak terlalu macet sehingga aku perkirakan dua puluh menit sudah sampai di kampus. Sesuai perkiraanku, akhirnya aku tiba di kampus. Ku parkir motor didekat masjid lalu aku bergegas menuju serambi masjid. Disana sudah ada Dendy dan Ryan. Aku langsung menghampiri mereka. Assalamualaikum. Kata ku pada mereka dan hampir bersamaan mereka menjawab salam ku. CieCie Calon pengantin hadir niih. MasyaAllah. Barakallah ya akhi. Kata Dendy pada ku Sudah sampai mana nih persiapan pernikahannya? Wah pasti bahagia sekali yah. Semoga kita-kita juga cepet nyusul kaya antum. Hehe Kata Ryan menambahkan Aamiin. InsyaAllah akhi. Kata ku Ohya, akh Ahmad belum kesini? Lanjut ku Nanti katanya dia agak telat karena kan lagi susun skripsi jadi mau bimbingan dulu. Kata Dendy Ohya, tahun ini kan target akh Ahmad buat l

Khadijah Ku #OnTheWay

Assalamualaikum Lis, hari ini jangan lupa yah kita ke butik buat ukur gaun pengantin. Kata Mama Fatah dari sambungan telpon diujung sana Waalaikumsalam InsyaAllah mah. Tapi Lisa kayanya telat. Karena harus ada yang diurus di kampus. Ngga apa-apakan? Kata ku Oh yaudah ngga apa-apa. Nanti kamu kabarin mama kalau udah berangkat yah. Mama tunggu dibutik. Assalamualaikum Kata Mama Fatah lagi sambil menutup telpon Waalaikumsalam Jawabku lagi. Setelah dua minggu kejadian hari itu, aku mulai disibukkan dengan berbagai aktifitas tambahan. Harus mencari gaun pengantin, desain dan daftar tamu undangan, catering dan banyak lagi. Meski  aku lelah harus mengurus penelitian ku, tugas kampus, amanah dakwah, dan pernikahan tapi semuanya ku nikmati dengan selalu mendekatkan diri pada-Nya. Kejadian waktu itu masih sangat jelas terputar dalam memoriku. Kadang tanpa sadar aku selalu senyum-senyum sendiri mengingat kejadian waktu itu. Fatah. Aku tak menyangka dia mampu melakukannya. Aku hargai setia

Khadijah Ku #10

“Apa antum sudah yakin?” tanya Ustadz Herman padaku “InsyaAllah ustadz.” Kataku dengan mantap “Kalau begitu tunggu apa lagi” Kata Ustadz, lagi Aku pergi ke toko perhiasan ditemani mama dan ummi Novi untuk mencari mahar pernikahan. Jantungku sejak tadi sudah dag dig dug tak karuan. Sudah tak sabar rasanya untuk segera pergi menghadap orangtua Lisa. Dua hari lalu aku sudah mengirimkan surat pada Lisa bahwa hari ini akan datang ke rumahnya untuk silaturahim. Sejak hari itu aku tak pernah melihatnya. Sudah sejak kemarin aku ijin kuliah untuk mempersiapkan semua ini. Aku tidak tahu bagaimana tanggapan Lisa tentang surat yang kukirim waktu itu. Aku menahan diri untuk menghubunginya lebih dulu. Membiarkan semua berjalan apa adanya hingga waktu yang sudah ditentukan. “Bismmillah-lah nak.” Tetiba Ummi Novi bicara padaku ketika kami telah selesai membeli cincin. Aku sengaja meminta Ummi  menemani karena beliaulah yang menjadi tempat berkeluh kesah Lisa selama ini jadi sekali

Khadijah Ku #9

Aku tak pernah menyerah sama sekali. Tidak. Aku hanya memasrahkan semua keputusan itu pada Allah. Meski aku berani saja mengatakan perasaanku pada Fatah. Tetapi bukankah sudah aku lakukan ketika waktu itu meminta tolong Ummi untuk menyampaikannya pada ustadz Herman. Meski awalnya aku kecewa, ketika beliau meminta ku untuk mencari saja yang lain. Namun, aku bisa apa. Semua tak bisa selamanya berjalan sesuai yang aku inginkan. Ditengah kesibukkan ku yang mulai kembali padat aku mulai melupakan semua kejadian itu. Begitupun tentang Fatah. Bukan melupakannya begitu saja tetapi aku memilih untuk diam. Aku pun lebih menahan diri untuk tak terlalu banyak berinteraksi dengannya kecuali memang benar-benar sangat perlu. Aku tidak tahu apa yang ada dipikirannya sekarang saat kami berpapasan di Masjid. “Ka Lisa…. Ada titipan surat nih buat kaka.” Kata Ana, junior binaanku yang tetiba muncul didaun pintu ruang kemuslimahan. Aku yang sedang duduk membaca buku langsung berdiri dan menghampiriny

Khadijah Ku #8

“Ustadz. InsyaAllah ana siap melamarnya. Tapi ana baru punya sedikit tabungan. Menurut ustadz bagaimana?” Tanya ku pada Ustadz Herman ketika kami bertemu di serambi Masjid. “Kalau antum memang sudah yakin. Maka Bismillah saja. Biar Allah yang tunjukkan keajaiban-keajaiaban-Nya padamu, akhi.” Aku begitu bahagia mendengar jawaban ustadz. Setelah beberapa lama berbincang akhirnya kami saling pamit karena ustadz sudah ada urusan lain setelah sholat maghrib nanti. Aku berjalan menuju parkiran motor. Tetiba handphone ku berbunyi tanda ada pesan WhatsApp masuk. Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai. Berasal dari kabilah Bani Asad dari suku quraisy. Merupakan wanita As-sabiqul Al-Awwalun (yang pertama masuk Islam). Beliau menikah dengan Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam pada usia 40 tahun dan Rasulullah berusia 25 tahun. Khadijah merupakan wanita yang cerdas, dan penuh kasih sayang. Beliau memberanikan dirinya untuk meminta lebih dulu pada Rasul