Ketika Rindu Hanya Terpaut Dalam Doa


 
Disebuah kamar (grup) social media, tepatnya what’s up, dikamar yang semua berkumpul atas nama-Nya. Berjuang untuk memperjuangkan cinta pada-Nya. Dalam lantunan indah firman-firman-Nya semua berkumpul. Menjadikan kebersamaan yang penuh dengan arti. Meski belum pernah bertatap muka. Meski belum sempat berjabat tangan. Namun berkat cinta-Nya semua seadakan tak penting. Sebab sudah ada cinta-Nya dihati.

Aku pernah ceritakan tentang seorang dosen yang mengajak ku, menguatkan ku untuk masuk grup tersebut. Yah grup ODOJ. (semoga aku, kau, kita Istiqomah. Aamiin). Dengan penuh cinta, serasa kami adalah satu keluarga besar yang begitu dekat.

Suatu hari datanglah berita duka itu. Berita kecelakaan pesawat di daerah Pondok Cabe, Pamulang. Yah… berita yang sempat meramaikan layar kaca televisi itu terjadi pada salah satu anggota keluarga dalam grupku. Berita duka itu datang dari dosen yang mengajakku.

masyaAlloh…. Sungguh pilu hatiku bahkan hati kita semua dalam grup tersebut. Tak mampu berkata selain sabar dan mengharapkan kemudahan-Nya dalam setiap do’a. tepat dimalam jum’at ramai sekali grup. Tapi belum ada konfirmasi dari ibu (dosenku). Menurut kabar beliau masih syok dengan kejadian ini.

Berita menyebar begitu cepat. Dari grup satu muncul lagi berita dari grup lain yang mengabarkan, korban kecelakaan adalah tunggal dan itulah suami ibu. Dalam berita itu tertulis “menurut dokter luka bakarnya 70%”. Innalillahi…. Sakit rasanya hati melihat tulisan itu. Panik melanda. Namun berkat-Nya lah kami semua bisa terus mengontrol diri, memberikan semangat-semangat positif pada ibu.

Aku yang tak kuasa lagi melihat kabar-kabar lainnya tentang kecelakaan itu memutuskan untuk tidur lebih awal pukul 9 malam. Biasanya aku tidur pukul 10.

Malam itu begitu gundah, sulit sekali tidur. Entah karena apa. Lalu aku lihat jam di handphone-ku ternyata masih pukul 12 malam. Aku yang sulit tidur akhirnya menyalakan lampu kamar kost dan kemudian menyalakan paket internet handphone.

Dreeeett… Dreeeett…… bunyi handphone tanda banyak pesan yang masuk di medsos WA itu. Lalu ku buka satu persatu dan saat aku buka dan ku baca pesan-pesan terbaru yang belum sempat terbaca di kamar odoj itu. Astaghfirulloh…. Pilu hati ini Ya Robb… kau tahu apa kawan yang membuat hati ini lebih perih, sebab disana tertulis “menurut dokter luka bakar yang di alami korban adalah 95%” (aku lupa tepatnya 90 atau 95%). Ya Alloh…. Aku benar-benar pilu mendengarnya. Aku tahan setiap kemungkinan-kemungkinan yang muncul dalam otakku.

Teman satu kost ku yang bangun menanyakan “kok esih ngga tiidur”.| “ngga apa-apa. Ngga bisa tidur aja. mungkin kebanyakan tidur” jawab ku. “anah… (nama temanku itu) luka bakarnya bukan 70% tapi 95%. Ya Alloh….

Lalu aku ambil air wudhu untuk mengerjakan qiyamul lail. Dalam sujud-sujud panjang malam itu aku sebarkan berita bahwa aku mohon do’a-do’a mereka untuk pilihan terbaik dari Alloh untuk keluarga dosenku itu.

Sahabat… diantara sujud panjangku, salah satu sujud paling penuh makna adalah sujud malam ini. Dengan penuh harap aku memohon pada-Nya ketegaran untuk ibu dan keluarga. Meski aku perih mengucapkan segala kemungkinan, aku hanya berharap Alloh-lah yang terbaik untuk menentukan nasib hamba-Nya.

Jam terus berjalan… detik demi detik berlalu…
Aku yang memiliki agenda dari pagi sampai maghrib sengaja mematikan paket handphone sebab aku takut handphone ku lowbatt.

Ohya… setelah mendapat kabar itu aku memutuskan untuk menjenguk beliau di Rumah sakit. Aku berdiskusi kapan kita bisa menjenguk beliau pada teman satu kost. “kita ada waktunya kapan. Gimana minggu depan aja. siapa tahu udah sembuh” kata temanku. “oh yaudah terserah” kataku. Lalu aku sholat dan dalam sholatku tiba-tiba terbersit, ngga.. jenguknya besok aja. (yah sholatnya ngga khusyu hhe). Lalu, aku sampai kan maksud ku untuk menjenguk beliau besok saja, sabtu.

***
Saat acara hari ini selesai. Aku bersama teman-temanku pulang. Lalu ditengah jalan temanku berkata “baru juga mau jenguk. Udah ngga ada”. Aku yang bingung lalu bertanya “maksudnya”. “iya suaminya ibu udah meninggal tadi siang jam 1 apa jam 2 gitu. emang ngga tahu? Kan ada di grup. Kirain tahu.” Lanjutnya. “ngga. Paketnnya engga aktif”

Alloh…. Sungguh badanku tak mampu ku topang andai saja saat itu aku bukan sedang dijalan. Rasanya ingin aku jatuhkan diriku seketika itu juga.
Alloh… aku tahu segala kemungkinan terburuk itu meski aku bukan peramal. Bukan maksudku mendahului kehendak-Nya. Aku tahu kemungkinan terburuk itu. Tapi aku sengaja tahan agar semua tidak panik. Tetapi sungguh Alloh benar dengan segala kehendak-Nya. Dia panggil hamba-Nya dengan segala ketentuan terbaik-Nya.

Sungguh aku serasa tidak tahu apa-apa. Saat di busway aku aktifkan paket hp ku dan begitu banyak pesan.

Alloh… aku sungguh merasa berdosa sebab tidak tahu apa-apa. Ingin menangis dan bersimpuh rasanya di hadapan-Mu.

Dan keesokan hari-Nya kami datang menuju tempat ibu untuk takziyah.
Subhanalloh… sungguh tegar ibu. Meski masih ada rawut sebab di matanya. Sungguh… iman berkat mendekat pada-Nya-lah yang membuatnya setegar ini. Sungguh… jika kita dekat dengan Alloh., maka Alloh-lah yang akan menopang diri ini agar tetap kuat dimanapun situasinya.

Dalam hatiku….Alloh… satu persatu Kau ambil orang tersayang dari sahabat-sahabatku, maka tinggal menunggu giliran sajalah untukku menghadap-Mu

Sahabat…. Takdir itu milik-Nya. Kalau dari note yang pernah ku dapat,
Manusia itu sudah punya jodohnya masing-masing, tetapi ada satu jodoh yang dia lupa, yaitu Kematian. Jodoh yang pasti datang.

Mulai hari ini yukk kita persiapkan bekal yang lebih untuk kehidupan akhirat kita.
#semoga beliau khusnul khotimah. Aamiin…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk ayah dan ibu tercinta (Renungan)

Aku Takut Jatuh Cinta Lagi

Hati Itu Milik-Nya