Aksi 21 Mei 2015



Rasanya begitu letih melihat keadaan di negeri ini. Rasanya masalah tak pernah berhenti datang silih berganti. Andai ada yang bisa menghitungnya dengan akurat, berapa juta kali kah masalah itu datang.

Bobroknya sIstem pemerintahan ditambah lagi budaya yang sungguh berkembang pesat akibat globalisasi menjadikan nilai-nilai luhur tak lagi berarti.

Sungguh ironis memang melihat keadaan negeri. Banyak yang simpatik tetapi sedikit yang mau rela berkorban untuk berjuang. Namun, demi sebuah perubahan, sedikit ataupun banyak tak masalah yang penting masih ada yang mau bergerak.

kawan…. Esok adalah sebuah memontem menuju perubahan. Ingatkan ketika tahun ’98 lalu. Mereka yang mau berjuanglah yang bisa menang. Bukan… bukan masalah menang dalam hal negatif, tetapi menang membebaskan rakyat. Tapi, ada satu hal yang kita lupa. Jejak-jejak kemenangan itu tak mampu kita iringi hingga jadilah negeri yang seperti ini.

Reformasi dianggap hanya sebuah perubahan. Hanya sebuah kebebasan. Namun, kita lupa… bahwa setiap perubahan pasti menyisakan jejak. Jejak-jejak itulah yang membuat rakyat negeri ini bagai burung dalam sangkar yang tiba-tiba bisa lolos ke dunia luar. Liar. Terbang kesana kemari sesuka hati. Reformasi itu kebebasan, tetapi kebebasan itu memiliki tanggung jawab.

Harusnya… sebuah perubahan membawa dampak positif. Tetapi ternyata rakyat kita belum semuanya siap. Hingga akhirnya perubahan hanya menjadi sebuah modal untuk melagalkan tindakan yang tak manusiawi.

Aksi ini bukan sembarang aksi bagiku. Bertahun-tahun silam saat stasiun televisi selalu sibuk mengabarkan dan terus mengabarkan setiap tahunnya suatu perubahan yang lontarkan mahasiswa dalam peristiwa “trisaksi”. Dari sekolah dasar hingga menjejaki bangku SMA. Kata reformasi tak pernah luput dari pendengaran.

Sejarah mengajarkan kita banyak hal. Tetapi kita lupa mengambil maknanya.

Dari peristiwa tayangan televisi itu, aku ingin sekali ada disana. Entah untuk apa, karena saat itu usia ku masih terlalu kecil untuk mengerti apa itu reformasi. Apa itu aksi.

Namun kini.. di tempat aku berpijak. Sudah beberapa kali aku rasakan aksi itu. Dan tiba saatnya kini, sebuah mimpi masa kecil ku untuk ada dalam posisi ini. Bukan.. bukan sembarang mimpi. Ini adalah mimpi yang aku pupuk demi memperjuangkan nasib rakyat negeri-ku. Tanah air-ku.

Bukan karena aku ingin dipandang hebat maka aku bergabung. Bukan karena aku ingin dipandang keren karena aku berdiri disana, tetapi karena sebuah tanggung jawab-lah aku relakan diriku diterpa teriknya matahari menyengat. Kurelakan tubuhku gosong terpanggang karena untuk sebuah perjuangan.

RAKYAT INDONESIA ! ! !

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk ayah dan ibu tercinta (Renungan)

Aku Takut Jatuh Cinta Lagi

Hati Itu Milik-Nya