Untukmu Yang Kunanti

Ditemani hujan pagi ini, aku mengulang memont itu. Semua memang tidaksama lagi. Tapi tidak dengan hatiku. Dia masih sama. Masih gelisah tentang perasaannya. Bila hari itu karna dia harus memilih, maka hari ini dia harus melepaskan.

Kamu memang belum tentu menjadi pilihan.
Kamu memang belum tentu menjadi pemenang.
Tapi, sayangnya kamu singgah dan meninggalkan jejak.

Hari itu, dalam perjalananku, aku memberikanmu sebuah puisi. Mungkin tidak tepat puisi karna sejujurnya itu adalah ungkapan hati yang selalu kusimpan rapat. Tapi hari itu.... aku membuka jalan. Hingga semua jalan benar-benar terbuka. Mengijinkan aku melangkah lebih jauh.

=======

Untukmu yang kunanti

Aku hanyalah gadis kecil ayah yang kini tumbuh menjadi dewasa
Aku hanyalah putri manja ayah....
Bermetamorfosis dari si anak ingusan menjadi seorang wanita
Dulu ayah menjadi pelindungi setia,
Yang menjaga lewat fisik dan doa
Namun kini aku dan dia telah berpisah,
Jarak membuatnya tak mampu lagi sepenuhnya menjagaku

Maka....
Dalam heningnya malam diantara sujudku
Aku memintamu segera datang menghampiriku.

Kamu.... Yang Allah takdirkan menjadi imamku
Kamu.... Yang Allah takdirkan menjadi pembimbingku
Kamu.... Yang ayah ijinkan menjadi penggantinya dalam menjagaku

Aku titipkan salam rinduku pada Rabb pemilik jiwa
Agar rindu disirami dengan rahmat dan kesyukuran
Aku titipkan salam rindu pada Allah, Sang Penguasa
Agar rindu menjelma menjadi nyata

Kau yang aku rindukan dalam setiap doa
Kehadiranmu menentramkan jiwa
Kau yang aku rindu dalam setiap langkah
Kuminta segara hadirmu pada-Nya

======

Jalan itu terbuka. Sepertinya Allah ingin membantuku. Merencanakan sesuatu yang aku tidak pernah berani mengatakannya.

Hari ini meski tidak sama persis. Meski tidak ada lagi kau yang kukirimi puisi, tapi lewat doaku selalu ada namamu. Nama yang aku minta menjadi takdir terbaikku.

Entah sebagai kawan... atau....

:)

Aku tak pernah mau bermimpi sebab mimpi itu menyakitkan. Sebab aku tak pernah dengan nyata mampu meraihnya. Begitupun kamu.

Aku hanya ingin pergi jauh... biarkan sebagai pengecut asal hatiku aman dari memikirkanmu. Aman dari rasa cemas yang tidak pasti. Aman dari semua kesakitan.

Aku melepasmu dengan sangat berat. Sebab ikhlas bukan hal yang mudah seperti halnya sabar. Ikhlas itu butuh waktu. Meski harus menikam terus hatiku, aku berusaha ikhlas. Ikhlas melepaskanmu pada ketentuan-Nya.

Maka datanglah jika kau sudah yakin.
Datanglah jika kau sudah siap.
Datanglah dengan mengagumkan ku.
Sebab aku sekarang sudah tak berani memulai. Sebab aku sudah tak berani menjadi khadijah. Biarkan aku menjadi fatimah yang menunggumu.

====
Hujan hati diakhir 2016
Hujan hati diawal 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk ayah dan ibu tercinta (Renungan)

Aku Takut Jatuh Cinta Lagi

Hati Itu Milik-Nya