Dia Bernama Sarjana

Empat tahun... itulah waktu ideal yang kita butuhkan untuk menyelesaikannya. Menyelesaikan sebuah mimpi baru yang mungkin tak semua orang dapat menggapainya. Seperti emas, dia begitu mahal dan sulit untuk diraih. Hanya orang-orang yang serius yang mampu mendekatinya. Hanya orang-orang yang tekun yang mampu menggapainya.

Sarjana....
Adalah satu mimpi baru yang menjadi salah satu amanah baru dipundak. Kita harus siap memikulnya, apapun situasinya. Dia tak peduli meski kita lelah, dia tak peduli meski kita letih, dia tak peduli meski kita sedang amat sangat malas. Karena ketika kita sudah menginjakkan kaki pada garis start, maka dia mulai menjalankan mesinnya. Menghantarkan kita satu langkah demi satu langkah mendekati garis finish bergelar sarjana.

Sarjana....
Bukan sedikit hal yang harus kita korbankan. Ayah dan ibu harus lebih keras bekerja demi terpwnuhinya semua kebutuhan. Kita harus merelakan waktu untuk tetap diam manis dibangku pendidikan. Kita harus merelakan banyak hal, kawan.

Tak sedikit yang berguguran, memilih berhenti bergerak dan mematikan total mesinnya, kemudian mencari jalan lain. Atau ada yang melambatkan langkahnya untuk berpindah pijakan sejenak mencari suatu hal, seperti menikah contohnya. Merefresh semangat baru untuk memulai kembali. Atau ada yang dengan diam-diam, meski harus sakit menahan pilunya kebosanan tetap melangkah gontai atau harus merangkak.

Apapun jalan yang kita pilih, gelar itu pasti kita dapatkan kawan. Yah pasti. Kita harus yakin, seyakin saat kita memulainya. Kita pasti bisa kawan, sebisanya kita berkata dengan mudah pada ayah dan ibu bahwa kita ingin kuliah.

Amanah itu sekarang dipundakmu, tinggal sedikit lagi. Biarlah meski harus merangkak, biarlah meski harus berjalan, tapi jangan sampai mematikan mesin semangatmu.

Dari sahabat yang selalu mendukungmu lewat doa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk ayah dan ibu tercinta (Renungan)

Aku Takut Jatuh Cinta Lagi

Hati Itu Milik-Nya