Terima Kasih


Muharrom adalah salah satu bulan yang Allah muliakan dalam pengkalenderan islam. Bagai menunjukkan jati dirinya, bulan ini menunjukan banyak keberkahan. Satu persatu mimpi mulai Dia ijabah dibulan ini. memberikan kebahagiaan tiada terkira.

Allah
Dia akan memberikan sesuatu tepat pada waktunya. Tugas kita adalah bermimpi/berharap lalu mewujudkannya lewat ikhtiar dan doa serta tawakal. Semua akan indah ketika waktunya tiba. Meski dalam waktu penantian itu terasa sangat lama dan melelahkan.

Suatu hari aku pernah iri pada seseorang sebab ilmunya yang banyak membuatnya dipilih untuk mengikuti sebuah event besar. Aku yang bukan siapa-siapa merasa terpacu untuk menjadi lebih baik. Maka mulai hari itu dimulailah semua perubahan. Meski perubahan itu sulit. Amat sulit, sulit amat. Harus jatuh bangun, bahkan hingga kini.

Iri? Jika ada diantaramu yang bertanya makna iri disana maka akan aku beritahu. Bahwa Allah dan Rasul-Nya tak melarang dua rasa iri yang muncul dari tiap hati manusia. Yang pertama iri pada seseorang yang sholeh dan banyak ilmu sehingga dengan itu dia bisa membagikan ilmunya pada orang banyak. Pernah dengar bahwa orang berilmu akan dinaikan derajatnya? Nah, maka iri pada orang berilmu itu boleh selama kita terpacu untuk menuntut ilmu lebih banyak darinya dan ingin lebih baik seperti dia. yang kedua, iri pada orang berharta banyak yang dengan hartanya dia mampu menginfaqannya dijalan Allah. Pernah dengar tentang amal yang tidak akan pernah putus sampai kita diliang lahat, salah satunya adalah harta yang kita infaqan dan selalu bermanfaat untuk orang lain.

Dari kedua konteks diatas, ilmu dan hinfaq keduanya adalah dua hal yang menjadi salah tiga diantara yang mampu menolong seseorang selamat diakhirat kelak selama itu bermanfaat. Maka aku pun ingin mendapatkan kebaikan itu. Saling mendoakan yah #SalahTiga (anak sholeh, ilmu bermanfaat, dana mal jariyah).

Maka dibulan penuh berkah ini Allah berikan aku keberkahan pula. Sepertinya Dia memberikan aku jawaban atas setiap kegalauan yang muncul. Karena suatu hari aku sering bertanya dan berpikir Apakah aku harus merubah pakaianku hanya untuk rezeki yang Dia janjikan? Apa aku harus kembali menggunakan pakaian seperti dulu. (ini kegalauan kerja di Rumah Sakit yang notabennya menggunakan celana). Dari sekian pertanyaan itu kadang aku berpikir bagaimana dengan hanya berdagang? Mungkin itu pilihan terbaik agar aku tidak usah mengganti rok ku dengan celana.

Kalau ada yang bertanya kan ini tugas, pasti Allah maklum.
Yes. Mungkin yah. Tapi ini tentang azzam yang selalu ingin kugenggam erat. Karena kita semua tahu setiap orang memiliki pilihan. Dan inilah pilihanku. Aku sudah merasakan sulitnya bermetamorfosis. Harus sabar. Ekstra sabar. Harus ikhlas. Harus. Semuanya yang baik-baik.

Tapi bukan berarti aku lebih baik sebab azzam ini kawan  karena sebenarnya karena kelemahanlah aku ingin bertahan didekat-Nya.

Terima kasih tak terhingga sebab Engkau selalu ijinkan hal baik terjadi dalam hidupku. Mewujudkan tiap harap dan mimpi itu jadi nyata. Allah selalu tepat menberikan jawaban atas tiap harapan.

Terima kasih atas cinta dan kasih sayang, serta doa yang tak pernah putus darimu ibu. Ayah. Aku ingat betul saat itu aku hendak kembali pulang ketempatku menuntut ilmu, dan saat menyalami tanganmu serta menciumi kedua pipimu aku berkata Ma doain yah. Mau ikut lomba. Lalu kau menjawab dengan singkat Iya. Kau tahu ibu jawabanmu itu membuatku penuh harap sebab ini adalah salah satu mimpiku. Dan ketika aku ada ditempat lomba itu, aku sangat gugup. Aku takut melakukan kesalahan. Maka jadilah ketika harus berhadapan dengan juri aku terus menyebut nama Tuhan kita. Allah. Penuh harap meminta pada-Nya agar tak ada satupun kesalahan yang aku lakukan. Dan Allah menolongku hingga akhir.

Terima kasih untukmu yang telah dengan rela membaca setiap kata yang ku ungkapkan lewat cerita singkatku,dan terima kasih atas doa serta semangat yang kau berikan. Semoga doa-doa kita terijabah menjadi sebuah kebaikan. Kamu. mungkin inilah salah satu tujuan-Nya mengirimmu datang dalam hidupku. Agar aku mampu menyelami cinta-Nya dan belajar itu melalui dirimu. Mungkin inilah hari yang aku tunggu jawabannya, bahwa kehadiranmu tak lebih dari sebuah pelita yang menerangi jalan-jalanku.

Terima kasih atas setiap kepercayaannya meski diri ini banyak kekurangan. Semoga semakin hari semakin baik. Semakin dewasa dan semakin bijak dalam bersikap. 

Terima kasih atas tiap doa yang kau kirimkan, mungkin aku tidak pernah tahu apa isi doa itu dan siapa saja yang mendoakanku. Tapi, meski tak sedarah kau tetap rela mendoakanku. Kata orang inilah cinta dalam ukhuwah. Semoga doamu menjadi jalan untuk mempermudah kita saling menolong dihari kemudian.

Terima kasih
Jakarta, OKtober 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk ayah dan ibu tercinta (Renungan)

Aku Takut Jatuh Cinta Lagi

Hati Itu Milik-Nya