Wahai Wanita #3



Diperiode akhir jaman seperti ini, memang sulit menjadi sesuatu yang beda. Terlebih jika iman didada hanya menempati bagian kecil celah dihati. Fase akhir jaman adalah masa tersulit bagi setiap wanita. Tak ubahnya bagaikan berenang diarus yang deras, jika tak kuat maka akan terbawa hanyut. Sungguh sedih memang melihat kenyataan diluar sana. Masih banyak wanita-wanita muslimah (red : wanita yang beragama islam bukan Cuma yang tertutup hijab) yang kehidupannay tak ayal seperti wanita-wanita barat. Karena trend masa kini, maka mereka rela menjajakan apa yang tak seharusnya terjajakan. Sungguh iro memang. Beralaskan modern, maka mereka rela melintasi batas-batas yang sudah dengan jelas ada. Alih-alih globalisasi, maka rela menukar kebaikan dengan sesuatu yang menghinakan. Mungkin belum terhina di dunia, tetapi sudah pasti terhina diakhirat. Tak usah memang mempermasalahkan jumlah pahala sebab pahala hitung-Nya, bukan manusia. Tapi, bukankah kita pernah mendengar jika Allah ridho maka akan mudah bagi-Nya memasukin siapapun yang dikehendaki-Nya ke surga. Maka, untuk apa punya banyak pahala tetapi ternyata Allah murka???

Wahai sahabat muslimmahku… wanita muslimah bukan hanya dia yang sudah setia menutupkan tubuhnya dengan bahan longgar. Dan yang terlihat hanya wajah dan jemarinya saja. wanita muslimah itu juga kau. Kau yang ber-KTP-kan Islam sebagai agamamu. Wanita muslimah bukan hanya dia yang mahir membaca Al-Qur’an, yang rajin sholat lima waktu bahkan sholat Sunnah lainnya. Tetapi, wanita muslimah juga kau.

Mungkin jalanmu dan jalannya berbeda, tapi kita sama-sama menyembah Allah, Rabb semesta alam.

Wahai muslimah… ijinkanlah aku untuk bertanya, mengapa hingga sampai saat ini kau betah dengan keadaan tanpa hijab, mengurai rambut indahmu, menjajakan bagian tubuh yang harusnya hanya jadi milik kekasih halalmu. Kenapa kau masih rela hidup dalam hingar bingar duniawi. Aku bertanya bukan karena aku sudah benar-benar lurus, karena sesungguhnya aku hanya ingin kau ada dalam proses yang ku jalani. Sama-sama berjalan menuju Allah.

Kau bilang sayang ayah. Kau bilang sayang ibu. Kau bilang sayang pada adik dan kakak mu. Lalu apakah alasanmu masih bertahan dalam keadaan itu?

Jika kau sayang ayah dan ibumu. Jika kau sayang adik dan kakakmu, maka mengapakah kau relakan dirimu dinikmati oleh mata-mata yang bukan mahrommu itu.

Lupakah kau akan perintah Rabb-mu?
Lupakah kau akan sabda nabi-mu?

Allah sudah dengan tegasnya memintamu menutup dirimu dengan hijab. Lalu, alasanmu hanya berkata ‘belum siap’. Padahal kau mengaku ingin mencintai Allah, tapi kau masih enggan memenuhi perintah-Nya. Alasan apa yang membuatmu bertahan?? Segitu menggodanyakah dunia ini untukmu, hingga kau rela tukar akhirat yang kekal itu? Yang kenikmatanya sudah terjamin oleh Allah yang Maha Menepati Janji.

Rasululloh SAW pun pernah bersabda, bahwa anak-anak wanita yang didik dengan baik hingga menjadi wanita sholehah yang mampu menjaga dirinya akan membawa kedua orangtuanya kedalam surganya Allah. Meski hanya satu anak wanita, maka janji itu akan ditepati-Nya. Lalu apakah yang membuatmu rela menukar surga yang telah dijanjikan itu dengan api neraka? Lupakah pula kau dengan perkataan ‘bahwa anak wanita itu tanggungan ayah diakhirat kelak’ maka jika dia tidak beriman, semua itu adalah salah kedua orangtuanya yang tidak  mendidiknya dengan baik. Maka sekali lagi, relakan kau tukar surga itu dengan api nereka untuk mereka?

Mungkin bagimu yang saat ini masih memiliki kedua orangtua yang lengkap amat sulit merasakan bagaimana rasanya kehilangan. Mungkin amat sulit merasakan bagaimana rasanya ingin membahagiakan sedangan yang ingin dibahagiakan tak ada.

Sahabat…. Apakah yang membuatmu bertahan?

Jika kau beralasan ini salah ayah dan ibumu yang tak pernah mengajarkanmu tentang Allah. Bagaimana cara mencintai Allah. Maka kau salah jika menyalahkan orangtuamu.  Sebab, kewajiban belajar juga ada dipundakmu. Bukan hanya urusan dunia tapi juga akhirat. Jika kau berpikir belajar agama adalah sepenuhnya tanggung jawab orangtuamu, maka kau salah besar. Sebab, jika mereka tidak mengerti seharusnya kau yang mengajarkannya.

Sahabatku… janganlah beralasan yang tak masuk akal. Selagi kita mampu untuk mencari, maka carilah. Jangan berpangku tangan. Jangan hanya diam. Jangan hanya menunggu.

Berubahlah saat ini juga. Jangan menunggu nanti, sebab kematian itu pasti. Tak ada yang mampu menjaminmu  hidupmu esok bahkan detik nanti. Persiapkanlah dirimu sebelum malaikat-Nya datang menghampirimu.

Berubahlah… jika kau tak bisa berubah semata karena cintamu pada Allah, maka berubahlah untuk ayah dan ibumu. Untuk mereka yang sudah dengan susah payah mengurusimu dengan ikhlas. Berubahlah untuk mereka yang senantiasa mencintaimu. Berubahlah…

Kita tak mampu mengganti apa yang telah mereka berikan, namun kita bisa membuktikan cinta itu. Bukan dengan harta, tapi dengan surga.

Semoga kita menjadi anak-anak yang mampu mempersembahkan surge untuk ayah dan ibu, dan semoga kita menjadi orangtua yang mampu mengajarkan anak-anak kita untuk mencintai Allah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk ayah dan ibu tercinta (Renungan)

Aku Takut Jatuh Cinta Lagi

Hati Itu Milik-Nya