Belajar Mengikhlaskan



Dalam pekatnya malam, dengan begitu banyak canda tawa membuatku berpikir tentang satu kesalahan yang mungkin telah ku perbuat tetapi ternyata aku melalaikannya. Terasa abu-abu sehingga sulit menerka, ‘benarkah atau hanya pikiran yang lewat selintas?’
Dalam heningnya malam, aku curahkan setiap kata-demi-kata ini, sebab aku tahu ini adalah bagian dari tugasku sebagai manusia. Sebagai saudaramu. Meski sebenarnya mungkin aku juga belum sebaik yang dikira.

Wahai akhi…. Wahai ukhti…. Mohon dengarkanlah jerit hati terdalam ini. Dengarkanlah dengan hati yang lapang agar kita sama-sama bisa menerima, agar kita bisa saling mengerti, agar kita sama-sama bisa saling belajar.

Ya akhi… ya ukhti…
Sebagai manusia kiranya wajar jika kita saling memiliki rasa, sebab itu sudah menjadi ketentuan-Nya. Tak salah jika rasa itu menimbulkan keinginan untuk saling memiliki, sebab itu sekali lagi manusiawi. Tetapi akhi… ukhti… jangan nodai rasa itu dengan nafsu yang dititipkan syetan. Jangan susupi rasa suci itu dengan nafsu yang menggembu, hingga akhirnya kau terjerumus. Jangan terlalu naif… kita hanya manusia, dan penggenggam hati hanyalah Dia. Jangan sombong berkata kau mampu menjaga, sedangkan setan gencar selalu menggoda meski dengan cara se-halus-halusnya.

Saudaraku….
Cintamu memang fitrah. Tak ada yang salah. Tapi, tolonglah dengarkan nasehatku ini. Bukankah menasehati dalam kebaikan itu suatu yang baik? Dengan nasehat ini aku juga sedang menasehati diriku, bukan sok menjadi manusia paling suci dan benar.

Saudaraku…
Jika cinta itu membuatmu takut kehilangannya, maka bagaimana dengan cintamu pada Allah? Apakah sama rasa takut kehilangannya, ataukah kau lebih takut kehilangan dia dari pada Tuhan-mu sendiri?

Akhi….
Jika kau mencintainya, maka bantu dia untuk menjaga hati dan dirinya. Kau kan tahu, hati seorang wanita itu sensitive sekali. Sekalinya disentuh maka diakan menimbulkan hal yang mungkin sulit bagi wanita.

Jika kau mencintainya, maka sucikanlah cinta itu. Jangan terburu-buru mengungkapkannya hanya karena adanya rasa takut kehilangan atau keduluan orang lain. Hanya karena tak mampu menahan sesaknya cinta yang menggembu. Hanya tak mampu menahan gejolak rindu yang tak kunjung sampai.

Jika kau mencintainya, maka tahanlah selama kau belum merasa mampu membahagiakannya. Jangan jadikan cinta alasan untuk menghalalkan segala cara untuk memilikinya. Namun, jika kau telah siap. Maka halalkan dia dalam ikatan yang diridhoi Allah, bukan malah menjerumuskannya kedalam api neraka.

Ukhti…
Jika kau mengaguminya karena dia adalah laki-laki yang baik, sholeh, rajin ibadah, maka janganlah buru mengambil kesimpulan bahwa kau mencintainya. Hingga akhirnya menyiksa hatimu sendiri.
Jika kau mengaguminya, maka jangan buru-buru memasukkannya kedalam hatimu. Sebab, hati itu terlalu sempit jika kau masukkan manusia didalamnya. Belum lagi, dia yang kau masukkan dalam hatimu mungkin akan sedik-demi-sedikit menggeser posisi Tuhan-mu disana (Hati).

Jika kau memang benar-benar mencintainya, maka cukupkanlah rasa cinta itu hanya sebatas saja. lalu, serahkanlah rasa cinta itu pada Dia yang Maha Pemilik Hati. Jangan sibukkan dirimu memikirkan dan mengharapkannya, sebab bisa jadi itu cara syetan melunturkan imanmu.

Ukhti… tahanlah rasa itu. Cintailah dia dalam keanggunan dan taatmu. Ungkapkan saja rasa cinta itu jika memang menyesakkan pada saat sepertiga malam mu. Jangan kau umbar, hingga akhirnya benar-benar melukai hatimu. Belajarlah untuk tak membawa cinta itu terlalu dalam ke hidupmu. Belajarlah untuk mengikhlasnya kepada Sang Maha Cinta. luaskan hatimu, ukhti…

Saudaraku….
Jika fitrah itu suatu kesulitan besar bagimu. Jika tak mengungkapkannya menjadikannya beban hidup bagimu. Maka cobalah mulai tanya pada imanmu. Mungkin syetan yang menyusupi kesucian cinta itu telah merusak keimananmu, hingga akhirnya kau terlalu mengharap pada makhluk-Nya, bukan lagi Dia.

Percayalah saudaraku….
Jika memang dia yang Allah tulis namanya di Lauhul Mahfuz sebagai teman hidupmu, dia akan selalu kembali padamu. Sejauh apapun jarak memisahkan. Meski tak pernah sekalipun engkau ungkapkan rasa itu. Percayalah…. Allah itu Maha Kuasa, Dia memilik seribu satu cara menyatukanmu dengannya.

Namun, jika dia memang bukan yang ditakdirkan bagimu. Maka ikhlaslah menerima. Sebab, kita hanya makhluk sedang Allah adalah Tuhan kita. Dia lebih tahu mana yang terbaik untuk hamba-Nya.

Bukan karena dia tak pantas bagi kita, tetapi karena dia lebih pantas untuk orang lain. Kita yang tak pantas dengannya. Bukan karena kekurangan kita. tetapi karena memang kita memiliki jodoh terbaik yang sudah menanti untuk menyempurnakan iman kita.

Saudaraku…
Mulailah belajar untuk mencintai sebuah kehilangan. Belajarlah untuk mengikhlaskan cinta itu pada-Nya. Hingga Dia putuskan takdir terbaik-Nya.

Berdoa yuk….

Ya Allah… sesaknya menahan rasa didalam hati ini hanya Engkau yang tahu. Maka bantulah aku untuk ikhlas dan memasrahkan rasa ini pada-Mu. Kau yang Maha membolak balikkan hati. Kau yang Maha menggenggamnya. Maka, bantulah aku Tuhan untuk mencintainya dengan ketaatan pada-Mu. Untuk mengikhlasnya pada takdir-Mu. Tolong kunci hati ini, agar imanku tak rusak karena cinta yang suci ini. Dan bukalah hati ini disaat kau tentukan takdir terbaik-Mu bagiku.

Aamiin….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk ayah dan ibu tercinta (Renungan)

Aku Takut Jatuh Cinta Lagi

Hati Itu Milik-Nya