Tong Biru


Disuatu pagi yang cerah…
Ketika adzan subuh berkumandang, setiap orang telah siap dengan segala aktifitas rutinnya. Ada yang bangun untuk segera berangkat ke Mushola sholat subuh berjamaah, ada yang berbenah rumah karna akan pergi kerja, anak sekolah yang bergegas berangkat ke sekolah, dan lain sebagainya. Semua sibuk dengan rutinitasnya sendiri.

Aku yang tinggal bersama sahabat-sahabatku disebuah gang sempit disudut kota Jakarta. Ikut serta dalam kesibukan pagi itu. Seperti biasa, setelah bangun tidur aku bergegas menuju kamar mandi. Berbenah tempat tidur dan setelah selesai mengerjakan apa saja. Dan pagi itu aku setelah selesai mandi aku sibuk dengan tugas menyalin materi, karena akhir minggu ini akan ujian pra-UTS. Sedangkan yang lain, masih ada yang tidur atau menyalin materi juga.

Sambil mendengarkan radio, aku asyik dengan tugas menyalinku.
Tidak terasa matahari telah membumbung tinggi diatas, sekarang pukul tujuh pagi. Aku masih belum menyelesaikannya. Dan aku lanjutkan untuk menyelesaikannya. Namun, karna sudah waktunya perut ini untuk diisi, maka akupun bergegas mencuci peralatan makan bekas kemarin dan temanku memasak menu sarapan kami pagi ini, yaitu telur ceplok. Yummi…. Setelah selesai mencuci dan masakan telah masak. Kamipun sarapan bersama. Yah… inilah kehidupan anak kost. Makanan seadanya tidak terlalu mewah. Tapi, cukup membuat perut kenyang.

Setelah selesai makan, aku kembali melanjutkan pekerjaanku hingga selesai. Hari ini aku ada jam kuliah pengganti karna hari libur minggu lalu. Aku berniat berangkat lebih awal dari yang dijadwalkan karna aku penanggung jawab kelas dan aku harus mencari info tentang ruang kelas nanti sebelum pesan-pesan pertanyaan datang dari teman-teman yang lain.

Tapi, tanpa aku duga semua rencana itu batal.
KEBAKARAN……..!!!!! KEBAKARAN…. !!!!
Itulah teriakan yang aku dengar dari seorang anak laki-laki kecil yang berlari. Dia meneriaki “kebakaran”. Yah… benar, kebakaran.

Aku yang panik dan tidak tau harus berbuat apa, langsung menggendong tas dan membawa semua berkas berharga, seperti ijazah dan sertifikat. Lalu keluar menengok orang-orang. Aku panik. Dan kami semua panik.

AIR….!!!!AIR…..!!!!
Semua mencari air. Tetapi saluran air pagi itu amat kecil sedangkan api mulai membesar. Aku masih panik dan akhirnya aku bersama teman ku memutuskan untuk membantu mengambil air dari kost kami. Dikeluarkanlah ember besar dari kamar mandi.
LAGI….. AIR…!!!!
Yah…. Airnya belum cukup. Aku nyalakan kran air untuk mengisinya. Namun, tiba-tiba aku teringat akan tong biru besar yang ada disudut kamar mandi. Yah… aku ingat. Kami pernah mengisi tong itu hingga penuh. Karna itu saran ibu kost. Jaga-jaga ketika mati air nanti. Namun, kami tidak pernah menggunakannya. Karna tongnya kotor dan menurut temanku airnya gatal. Jadi kami menutup tong itu dan tidak menggunakannya

Tadinya, aku berniat meminta pada ibu kost untuk mengelurkan tong itu dari kamar mandi karna kami tidak menggunakannya. Tapi, hari ini aku tau satu hal. Tong yang tadinya aku pikir tidak berguna, hari ini menjadi penyelamat kami. Walaupun, air untuk memadamkan api itu bukan hanya dari tong itu. Tapi, tong itu juga mempunyai pengaruh. hheee....

Aku mengambil air didalamnya, memasukkannya kedalam ember. Ember demi ember telah terisi. Hingga akhirnya ada yang berkata “cukup, apinya sudah mati”. dan air dalam tongpun habis.

Alhamdulillah…. Itulah yang mampu kami ucapkan.
Sebab, kami masih diberi kesempatan oleh Allah untuk hidup. Dan masih diberi kepercayaan menjaga titipannya yang kami miliki.

Hari ini aku belajar tentang sebuah hal besar. Bahwa kita hidup membutuhkan orang lain. Kita tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan. Dan tong itu mengajarkan ku, betapa sekalipun seseorang terlihat mengganggu dan terasa tidak berguna. Tapi, suatu hari nanti kita pasti membutuhkannya. Entah untuk apa. Pasti akan membantu untuk suatu tujuan yang baik. Karna Allah menciptakan sesuatu dengan sebuah tujuan dan manfaat. Tidak ada yang diciptakan-Nya tanpa memiliki manfaat. Mungkin kita yang masih belum mampu mengetahui fungsinya. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk ayah dan ibu tercinta (Renungan)

Aku Takut Jatuh Cinta Lagi

Hati Itu Milik-Nya