3 Word Challange
Menikmati
Masalah
Pepatah mengatakan kegagalan
merupakan kesuksesan yang tertunda. Tapi tidak menurut Lara. Baginya kegagalan
demi kegagalan yang diterimanya adalah buah dari ketidaktekunannya. Dia malas
sekali terlalu lama berkelit dengan dunia menulis, kalau bukan karena tuntutan
bosnya sudah sejak lama dia tinggalkan pekerjaan itu. Tapi dia teringat akan
mendiang ayahnya yang selalu berpesan "Nak, jadilah seorang penulis. Sebab
darinya kamu bisa menolong ayah sebab menebarkan kebaikan." Maka sejak
kecil dia sudah menyematkan mimpi itu. Tapi karena rutinitas menulis itu selalu
menguras pikirannya terkadang dia ingin pergi saja dari mimpi itu.
***
Ketika Tuhan memberikan kita kesempatan
untuk hidup didunia ini, maka sudah jelas dia persiapkan banyak masalah untuk
hidup kita. Ada orang yang dengan berjuta masalahnya mampu bangkit atau setidaknya
bertahan, tapi tak jarang banyak diantara manusia memilih jalan pintas atau
menyerah dengan keadaan.
Hidup sudah dipersiapkan sedemikian
hebat oleh yang Maha Hebat. Dia selalu sematkan mimpi pada hati tiap insan
manusia, sudah tentu dia siapkan kemampuan untuk meraih mimpi tersebut. Tapi
kadangkala tidak semua orang sabar menunggu. Padahal dari setiap kejadian
selalu ada hukum aksi reaksi, dimana ketika ingin bahagia maka harus mengorbankan
suatu hal. Begitupun untuk sebuah mimpi, harus ada pengorbanan dan jangan
jadikan masalah sebagai hambatan.
Jangan menyerah kawan sebab hidup
sudah pasti bermasalah, hanya tinggal bagaimana kita mau menyikapinya. Terus
bangkit dan kejar mimpi itu sampai Tuhan berkata "Ya".
#WordsChalleng
#TantanganKata
#ApuIndragiry
***
_Akhirnya
Aku Bisa_
Dulu sekali, ketika aku belum jadi
apa-apa semua orang selalu mencemoohku. Berkata bahwa aku hanya anak pemulung
tak mungkin aku mampu mengenyam pendidikan tinggi. Setiap hari bapak dan ibu harus
mengelus dadanya tiap kali aku berteriak minta sekolah sedangkan mereka tidak
mampu membelikan aku seragam. Jangankan sekolah, untuk makan sehari tiga kali
dengan menu yang amat sederhana pun kami tidak bisa.
Aku sering menangis. Menghabiskan
waktu dipematang sawah sambil merenungi nasib. Kadang kala aku nekat datang ke
sekolah dan melihat teman-teman yang lain belajar. Karena sekolah waktu itu
belum ada pagar betonnya seperti saat ini, maka aku dengan leluasa bisa tetap
belajar meski tidak formal seperti teman yang lain.
Aku sangat senang meski harus main
petak umpet. Hingga akhirnya aku tertangkap basah oleh kepala sekolah dan
dibawa ke kantor karena telah menjadi penyusup. Satu sekolah mengintip di jendela.
Melihat keadaanku. Aku dag dig dug didalam sendirian. Bapak kepala sekolah
meminta salah seorang guru memanggil orangtuaku. Aku sangat ketakutan karena sudah
membuat bapak dan ibu malu dengan sikapku.
Tak berapa lama bapak datang sambil
terus meminta maaf pada kepala sekolah. "Tidak apa pak. Saya memanggil bapak
kesini bukan karena budi yang ketahuan mengintip dari jendela ketika anak-anak
sedang belajar. Tapi, saja ingin meminta bapak untuk mengurus sekolah ini. Jadi
petugas kebersihan sekaligus penjaga sekolah." Ujar bapak kepala sekolah
"MasyaAllah... yang benar
pak?" Kata bapak yang sangat terkejut dengan kabar itu. Aku pun lega
mendengarnya. Akhirnya aku tak membuat orangtuaku malu.
"Iya pak." Tegas beliau
"Budi, bapak harap kamu tidak mengulanginya lagi yah. Jika kamu punya
mimpi maka kejar dia dengan cara baik. Bukan mengendam sepertu itu."
Lanjutnya
"Baik pak. Budi minta maaf
karena sudah tidak sopan dan mengganggu." Kataku tertunduk penuh
penyesalan. Bapak kepala sekolah hanya tersenyum.
.
.
Tahun terus berganti begitu cepat. Kini
aku berdiri didepan kelas. Para muridku sedang asik berdiskusi tentang tugas
yang aku berikan.
Yah, kini aku menjadi seorang
pengajar. Pasti semua orang kebingungan mengapa aku yang seorang pemulung bisa
sekolah begitu tinggi hingga kuliah. Rahasianya adalah kata-kata yang dulu
diucapkan bapak kepala sekolah, bila aku punya mimpi maka aku harus
melakukannya dengan cara baik. Kata-kata itu membuatku sadar bahwa sikapku
selama ini salah sudah dengan curang mengganggu teman-temanku. Akhirnya aku tak
pernah lagi mengintip kegiatan belajar mereka. Aku pakai waktu luangku untuk
membantu bapak membersihkan sekolah. Karena disekolah begitu banyak buku, aku
sering membacanya disela-sela waktu. Hingga akhirnya aku pun bisa tahu banyak
hal sebab buku-buku itu dan ketika ada ujian masuk paket A aku diminta ikut
serta oleh bapak kepala sekolah. Katanya ujian paket A setara dengan lulusan SD
jadi aku bisa punya ijazah sekolah. Hari itu aku sangat senang.
Ketika hari ujian tiba aku tak mampu
berhenti berdoa pada Tuhan sebab rasa syukur yang amat besar.
Lembar ujian pun dibagikan dan saat
ku baca isinya hampir semuanya aku sudah tahu jawabannya, tak perlu berpikir
lama karena semua jawaban pernah aku baca, lihat dan pelajari ketika membaca
buku-buku sekolah.
Aku pun lulus dan mendapatkan
ijazahku. Berkat motivasi bapak kepala sekolah, mimpi besarku untuk sekolah dan
kebiasaanku membaca maka dengan mudah ku gapai semua. Akhirnya aku bisa
menggenggamnya.
#WordsChalleng
#TantanganKata
#ApuIndragiry
_Hati
dalam penampilan_
Mungkin inilah namanya akhir zaman.
Ketika semua orang hanya mementingkan penampilan luar mereka saja. Memodifikasi
apapun yang ada agar terlihat lebih menarik. Kadang terbersit dalam hati, apa
pentingnya sebuah penampilan bila hati sudah tak lagi indah?
Sampai-sampai memilih pasangan yang
baik sesuai kriteria syari’at pun sulit. Lebih banyak manusia menua sendiri
tanpa ada pendamping tak seperti mamak-mamak jaman dulu yang sedari lulus SD
sudah menikah bahkan tak jarang ada yang sudah punya anak. Maklum dulu sekolah
adalah barang mahal dan rata-rata mereka sekolah usia diatas sembilan tahun.
Apakah memilih pasangan itu sesulit memilih baju di mall atau pasar tanah abang
sampai semua orang serasa hanya mampu berkeliling hingga akhirnya tak
mendapatkan satu pun sebab menurut mereka pasti ada yang lebih baik di toko lain
pasti dengan banyak pertimbangan seperti harga dan kualitas.
Bila memilih pasangan pun harus ada
harga dan kualitas lantas mengapa yah tak banyak orang yang meningkatkan
kualitas hatinya untuk menjemput jodohnya, tapi hanya sibuk dengan penampilan.
Suatu hari ketika aku bertanya hal
itu pada mamak tiba-tiba adikku yang super ingin tahu terus bertanya apa
maksudnya dan mamak dengan sabar menjawab. Bahwa penampilan memang penting
bagaikan daun-daun yang menjadi makanan pokok bagi para sapi, daun pun ketika
kita melihatnya disebuah gunung maka akan membuat pemandangan yang sangat indah.
Dan ibarat sayuran belanjaan mamak
dipasar selalu dibungkus plastik maka penampilan pun harus dibungkus dengan
hati dan perilaku yang indah agar pengorbanan yang sudah kita keluarkan untuk
penampilan itu tidak sia-sia. Jangan seperti kantong plastik yang robek ketika
dijadikan pembungkus baju.
"Kenapa memangnya mak?" Adikku
kemudian dengan antusias menyelak pembicaraan mamak. Mamak tersenyum dan
kembali menjelaskan.
Karena kalau ade nak beli baju yang
dibungkus kantong yang sudah sobek nanti bajunya kotor dan berdebu. Dan,
masalah jodoh itu rahasia Allah yang Maha Kuasa. Mungkin bukan karena mereka
pemilih tapi memang Allah belum ijinkan. Kan kakak sudah tahu bahwa ada jodoh
yang baik, maka kakak harus berusaha baik. Begitupun dengan yang lainnya.
.
.
Maka pelajaran hari itu cukup
membuatku puas. Ternyata penampilan memang penting tapi hati dan sikap kita jauh
lebih penting sebab pribadi yang baik tumbuh dengan hati yang baik. Dan jodoh
adalah bagaimana cara kita mengusahakannya sesuai mimpi.
#WordsChallengDariAnah
#TantanganKata
#ApuIndragiry
#SitiNurhasanah
#Baju #Daun #Palstik
Komentar
Posting Komentar