Memories in Santri Khidmah

Tulisan ini berawal dari sebuah kenangan indah yang Allah titipkan dalam hidupku sekitar satu bulan lalu. Tepatnya ketika awal bulan Mei 2016. Yah baru awal bulan ini. Tetapi ini menjadi kenangan sangat indah. Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang tidak bisa aku ungkapkan. hehe

Tepatnya tanggal 1 Mei 2016, ada tawaran dari guru ngajiku untuk mengajar disana (Red : Rumah Qur'an Ihya Ul Ummah) selama satu bulan. Siapa saja boleh ikut, dan hari mengajarnnya terserah. Sebisanya. Aku yang sudah pernah dijejali Ustadz Yusuf Mansur masalah "Terima saja selama itu baik" maka buru-buru mengambil kesempatan itu. Tanpa ragu. Dengan Bismillah aku putuskan untuk ikut. Begitu juga beberapa teman satu kajian ku.

Pada saat briefing ustadz sudah mengingatkan tentang arti sebuah sabar dan ikhlas. kurang lebih katanya : 

"Kalian beruntung. karena dipilih Allah untuk datang dan ikut mengajar disini. jadikan ini sebagai pelajaran. supaya tau gimana caranya ngajarin anak-anak. kita pasti dituntut untuk sabar. karena ngga semua anak ketika diajarin langsung bisa. kalau ada yang begitu yah Alhamdulillah hehe tapi ada juga yang agak lama. Jadi butuh sabar. Juga butuh ikhls karena kalau ngga iklas susah buat dateng kesini"

Kira-kira begitulah sepenggal ringkasan kata-kata beliau ketika memberikan briefing sebelum kami mengajar. Aku memang sudah tidak asing lagi dengan yang namanya 'mengajar' karena beberapa kali pernah ikut mengajar anak-anak mengaji dari sekitar kampus.

Dengan perasaan dag dig dug aku datang ke esokkan harinya, 2 Mei 2016 tepat saat Hari Pendidikan Nasional. Karena aku memilih hari mengajar di senin dan selasa. Dan ketika mulai mengajar, hal yang paling membuatku kaget adalah aku diperkenalkan sebagai “Ummi”. Iyah.. Ummi untuk panggilan ibu. Dalam hatiku berkata duh.. aku nikah aja belum sudah dipanggil ummi. Kenapa bukan kaka? Saat itu aku ‘agak’ kaget. Tapi yasudah apapun panggilannya terserah.

Hari pertama mengajar benar saja kata ustadz. Aku harus EKSTRA Sabar (dikapitalin karena memang butuh yang besar sabarnya). Mengajar pertama dikelas anak perempuan. MasyaAllah. Memenag Allah ciptakan wanita itu dengan kelemah lembutannya. Bahkan sedari kecil sudah dijaganya. Alhamdulillah, suara mereka imyut-imyut. Saking imyutnya susah didengar (Red : Kecil) hehe tapi inilah ujian pertama yang harus aku terima. S A B A R. sabar untuk mendengarkan mereka mengaji dengan suara yang sangat kecil. Tapi itu seni dan anugerah. Karena mereka berbeda dengan anak-anak yang selama ini aku ajari mengaji bersama teman-teman.

Keesokkan harinya hingga masa akhir pengabdian, aku hanya mengajar anak lelaki. Banyak kenangan dari mereka. Ada yang nakal… banget. Suka berisik dan ganggu teman-temannya ngaji. Meski aku tidak hafal nama mereka semua tapi ada beberapa yang aku ingat wajahnya. Terutama ‘si pengganggu’.

Kadang ada yang lancar ngajinya bikin hati senang…. Banget. Ada juga yang kadang patah-patah tapi lanacar bacanya. Ada juga yang harus beberapa kali diajari baru paham dan waktu paham itu bikin seneng bangetttttttssss. Pake ‘s’ biar ketara beda senengnya. Hihi

Sebenarnya kemarin harusnya hari terakhir nagjar dan pengen banget mengabadikan mereka dalam bidik kamera. Tapi ternyata libur….(syedih). Padahal pengen pengen pengeeenn banget.

Hari ini mereka bagi rapor. Tapi kayannya ngga bisa hadir kesana. Pengen lagi liat mereka sambil megang hasil kerja kerasnya selama ini belajar. Meski Cuma satu bulan bareng mereka, semuanya terasa sangaatt berharga.

Pertama kalinya dipanggil ummi. Pertama kalinya mereka manja-manjaan. Pertama kalinya digodain sama mereka supaya dapat nilai besar. Dan pertama kalinya bantu mereka nulisin arab tapi pake titik-titik kaya di TK gitu karena ada beberapa yang belum bisa nulis. Pertama kalinya juga bikin gambar buat mereka.

Pengalaman pertama kalinya itu sangat berharga.

Makasih kalian udah kasih aku kenangan hidup paling manis. Makasih udah ngukir tinta emas dihidupku. Makasih udah diijinin berbagi sedikit ilmu ku. Makasih udah mau manggil aku ummi, seneng banget semoga Allah kasih aku ijin buat dipanggil ummi beneran sama anakku nanti hehe…. Makasih udah mau nahan nangisnya karena ngajinya selalu aku ulang. Makasih udah mau usaha keras buat nginget setiap huruf hiijaiyahnya. Makasih buat segalanya. Makasih untuk-Mu Allah yang sudah mengijinkanku merasakan nikmatnya semua ini. Terima kasih atas setiap kesempatan emas-Mu dalam hidupku.

Tetap semangat kalian adik-adikku, dimas, ubay, hafidz, arizal, sahal, dan yang lainnya. (aku lupa namanya). Semoga suatu saat nanti kita bisa ketemu lagi.

Satu lagi, makasih buat kamu (aku lupa nama mu) yang setiap pulang ngaji kalau kita ketemu dijalan, kamu naik sepeda dan selalu bilang “Ummi… pulang duluan”. Duh, kamu tau ngga aku selalu pengen nangis rasanya ada yang begitu sama aku. Terima kasih adik si gigi kelinci  ^^

Jadi anak sholih/sholihah, jadi hafidz/hafidzoh yah…. Semangat kita

*peluk kasih sayang untuk kalian semua*

Makasih ustadz/ustadzah atas kesempatannya.
J

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Toga Impian

Gambar
Bayangan itu terbawa ke memori beberapa tahun silam. Saat tak ada keberanian dari mereka (Red : Orangtua) untuk bermimpi lebih tinggi lagi. Ayah... Yang hanya seorang buruh pabrik. Dan mama yang hanya seorang ibu rumah tangga. Rasanya... Memiliki mimpi setinggi itu tak memungkinkan bagi diri. Namun, mimpi yang selalu dipupuk dengan do'a selalu membuahkan hasil indah, dengan keridhoan-Nya. bagaimana perjuangan ayah yang sudah berat semakin berat dengan mimpi itu, sampai akhirnya beliau menjanjikan : "Nak, jika ayah memiliki rizki. Maka kamu akan melanjutkan study" Ah... Memang tak ada tanding bagi cinta mereka (Red : orangtua) 🌸🌸🌸🌸🌸 Beranjak dari kenangan masa lalu itu, diri ini diijinkan-Nya menikmati hadiah terbesar dari sebuah kesabaran dan keyakinan. Saat harapan seakan hendak putus dimakan kenyataan, maka Dia yang Maha Berkehendak memberikan jawaban dari tiap tetes air mata penuh harap. ❤❤❤❤❤❤ Tak terasa sudah setengah perjalanan diri lalui...
Baca selengkapnya

Ini Tentang Mengikhlaskan

Gambar
Ikhlas itu bab paling tinggi dalam kehidupan. Sebab tidak semua orang mampu melakukannya. Ikhlas itu ketika sabar  berpadu dengan ketaatan. Meski sakit tetap harus tegar. aku harus mengikhlaskanmu itulah kata yang selalu  kuucapkan dalam hatiku, dalam tiap doaku, disetiap waktu ketika tiba-tiba kau hadir dalam pikiranku. Memang tidak semudah itu mengikhlaskan meski sedikitpun kau memang tak pernah memberikan harapan apapun padaku. Cinta… meski aku belum mengerti benar makna sebuah cinta tapi aku memutuskan aku mencintaimu. Mencintai karena pribadimu. Mencintai karena ceritamu. Walaupun aku belum terlalu mengenalmu. Banyak hal yang janggal ketika aku hanya bisa berkata “mungkin” dan “meski”, sebab memang aku tidak mengenalmu sama sekali. Kita hanya diijinkan Allah bertemu dalam waktu yang sangat singkat, dan untuk urusan sebuah dakwah. Tidak lebih. Dan mungkin hanya aku yang melihat kearahmu saat itu, tetapi kau tidak. Mungkin kau tidak pernah sadar bahwa aku begitu m...
Baca selengkapnya

Aku Takut Jatuh Cinta Lagi

Dipagi yang masih buta setelah ditinggalkan adzan subuhnya, aku ukir kisah-kisah ini. Merangkai setiap mimpi yang terjadi. Ah… mimpi memang bunga tidur. Tetapi mimpi tentang masa lalu itu selalu membayangi hariku. Membuatku semakin terpuruk. Andai semua kisah semudah dongeng menceritakannya mungkin hati ini tak akan sesak ini dibuatnya. Memaafkan… kata mulia yang selalu terucap dari bibir-bibir orang terpercaya. Yah.. hanya tinggal memaafkan. Aku pikir mudah. Namun nyatanya itu sungguh sulit. Karena jika tak sesulit itu maka aku tak akan pernah takut dan gelisah lagi ketika mimpi-mimpi itu hinggap. Aku tak ingin mengandai-andai masa lalu itu menjadi indah. Sebab, aku tahu Alloh selalu punya rencana indah dibalik semua itu. Namun, mungkin hatiku yang pernah terluka ini takut untuk terluka lebih dalam lagi jadi aku putuskan untuk tak jatuh cinta pada siapapun, makhluk-Nya. Jatuh cinta… indah. Memang indah. Tapi ternyata aku tak pernah siap saat itu untuk jatuh cinta pada...
Baca selengkapnya